Lebih tepatnya lagi, berawal dari ketercenganganku pada para peserta American Idol 2011 yang belum pernah mendengar dan sama sekali tidak tahu siapa itu The Beatles. Dan mulailah diskusi ilmiah binti intelek ala warung kopi kami dimulai..
Adalah Nupi, seorang karib, yang berpendapat bahwa generasi Amrik sekarang tidak mengenal Beatles karena leluhurnya bermasalah dengan lirik dan segala yang berbau The Beatles (ataupun juga John Lennon). Dan adalah Presiden Nixon yang agung, yang mendeklarasikan itu semua. Jadi semua perkara menyangkut The Beatles mati lah saat itu juga di Amerika. Generasi di bawah Nixon, tidak akan pernah mengenal Beatles. Dilarang keras! Maka bukan dosa para peserta American Idol 2011 karena tidak pernah tahu The Beatles yang memang tidak pernah dikenalkan oleh para buyut moyangnya.
Dan menurutku? Demi lagu Perkutut Manggung yang dibawakan Madaam Waldjinah, itu DOSA BESAR!
Bayangkan ini, (tanpa menyeret-nyeret sejarah Nixon VS. John Lennon) seorang mahasiswa yang mengaku kuliah di jurusan sastra – entah itu sastra Inggris, Indonesia, Belanda, Zimbabque sekalipun – yang belum pernah mendengar kata “Shakespeare” di telinga mereka. Atau seorang peneliti ahli biologi yang tidak tahu siapa itu Louis Pasteur? Buatku ini aneh. Super aneh. Lain cerita kalau itu semua terjadi pada orang awam. Orang awam wajar, dan sangat wajar, kalau tidak tahu segala Shakespeare, Louis Pasteur atau pula The Beatles. Tapi untuk ex-orang awam, yang sudah memproklamirkan dirinya menjadi “seseorang yang ...” - seseorang yang mempelajari sastra, seseorang yang mengejar gelar dokter, seseorang yang ingin menjadi penyanyi, dll. - adalah wajib hukumnya untuk mempelajari segala yang bersangkutan dengan bidang yang digeluti. Tanpa alasan. Kejam memang, tapi hidup memang kejam kadang-kadang.
Ah, aku tidak menentang pendapat Nupi. Sama sekali tidak. Tapi aku mempertanyakan niat ingsun para peserta American Idol itu. Apa mereka tidak tahu bahkan seorang biduan/biduanita orkes organ tunggal harus sudah khatam isi buku lagu-lagu milik si pemain organ. Malah mereka harus mencari tahu referensi lagu-lagu lain sebagai pe-er. Tuntutan profesi, begitu konon bahasa kerennya. Semakin banyak referensi lagu yang mereka kuasai, semakin baik seorang penyanyi orkes organ tunggal. Entah apakah Beatles menjadi salah satu kiblat musik di Amerika atau tidak, tapi sepantasnyalah seorang calon penyanyi Amerika juga bisa belajar banyak musik dari belahan bumi mana pun musik itu berasal.
Maka, kalau memang benar pendapat karibku Nupi, aku melihat ini sebagai kepongahan sebagian generasi Amerika. (Sebagian, bukan keseluruhan. Seorang dosen pernah mengajarkan, kalau mengungkapkan fakta yang belum tahu angka pastinya, sebutlah “sebagian”. Some of bla-bla-bla. Jangan pernah mengatakan “semua”. All of bla-bla-bla. Kalau ada yang memegang data grafik dan angka-angkanya, dan ternyata pernyataanmu salah, matilah kau!). Amerika gengsi mengakui kehebatan Beatles yang jelas-jelas berasal dari Inggris. Itu dia! Karena bangsa dan rakyat Amerika hanya akan berkiblat kepada hal-hal yang berbau Amerika. Titik. Semua film perang Hollywood, pasukan Amerikanya harus menang. Bahkan episode NCIS pun selalu membawa-bawa Al Qaeda, dan agen NCIS lah yang gilang-gumilang memecahkan kasus, dan menang! Dan karena soccer, yang banyak dicintai umat manusia itu, menyangkut nama baik Inggris dan segala keagungan permainan sebagian rakyatnya menggiring bola, maka di Amerika tidak ada soccer, tapi football! Dan cara memainkannya pun berbeda.
Mulai melantur. Tidak ada faedahnya. Lebih baik berhenti, dan mendendangkan All You Need Is Love di kamar mandi.
~bukan peserta American Idol 2011
No comments:
Post a Comment