Monday, March 07, 2011
Gil Grissom
Ada kalanya kau bermimpi hebat sekali, tapi ketika terbangun semuanya hilang dari ingatanmu. Meski sebagian dari otakmu mencoba memberikan bocoran tentang isi mimpi itu ke mulutmu, tapi tak sedikit pun info kau dapatkan. Otak memang terkadang pelit dan kikir sekali. Lantas di tepi tempat tidur, setelah membaca doa bangun tidur, kau mempertanyakan maksud Tuhan. "Mengapa Kau beri sebuah kisah yang hebat sekaligus amnesia di saat yang sama, duhai Gusti Allah?"
Salah satu mimpi hebat buatku adalah ketika mimpi bersama orang yang aku idolakan. Bayangkan itu, berada dalam satu scene dengan aktor atau olahragawan atau penulis atau bahkan tukang sayur idola! Bercakap-cakap, berbagi kisah bla-bla-bla. Hebat sekali! Ya, hebat. Dan seingatku, aku belum pernah bermimpi bersama idolaku. (Sampai dengan tadi malam). Hidup dalam mimpi kadang lebih menyedihkan daripada hidup dalam kenyataan.
Pernah kubermimpi beradegan satu scene dengan orang-orang terkenal, tapi sayangnya mereka bukan idolaku. Yang pertama adalah Daniele Massaro. Striker AC Milan yang kadang bersepatu merah, beda kinclong dari pemain lainnya di lapangan. Tapi apa pasal aku bermimpi berada satu lapangan dengan Massaro yang sedang berlatih tendangan pinalti itu? Nampak aku di lapangan membawa-bawa dan menyiapkan bola di titik 12 pas sambil berkalung handuk putih (ini handuk Massaro) dan menenteng-nenteng botol minuman (ini juga botol minum Massaro). Semacam asisten pribadi saja. Tidak mungkin manajer. Mana mau manajer mengelap keringat anak asuhannya. Bahkan anak gawang sekalipun tidak akan melakukan itu semua. Mimpi yang aneh dan sedikit menyebalkan. Padahal waktu itu aku sedang tergila-gila dengan Eric Cantona. (Yang sampai sekarang pun masih menjadi idola). Jadi untuk apa bermimpi Massaro dan liga Italia-nya itu? Tak ada faedahnya. Pun mimpi dengan orang terkenal yang kedua: Kevin Sorbo. Ya, si Hercules itu. Dengan ototnya yang meliuk-liuk. Meski bukan idola, tapi lumayanlah, paling tidak Hercules kelihatan lebih cute daripada Massaro, hahaa!
Tapi tetap keduanya bukan idola. Aneh memang cara kerja memori otak ini. Pasti ada alasan tersendiri mengapa sesuatu tercapture lantas disave dan untuk selanjutnya ditampilkan dalam sebuah mimpi anak manusia. Dan tadi malam giliran Gil Grissom yang jadi bintang tamu dalam mimpiku. Kali ini benar-benar idola.
Bukankah tadi sudah kusampaikan di mukadimah tulisan ini kalau kadang kita bermimpi tapi lantas lupa mimpi apa, tapi kita tahu kalau kita sudah bermimpi? Itu yang terjadi dengan Gil Grissom dan aku semalam. Aku masih tak bisa mengingat bagaimana jalan cerita mimpi yang pastinya luar biasa hebat itu. Demi Tuhan, bercakap-cakap dengan Gil Grissom! Sampai badak bercula tiga, tak pernah kubermimpi bisa mimpi macam itu. Tapi nyatanya, aku sudah bermimpi satu scene dengan Gil Grissom. Meskipun lupa seperti apa.
Mungkin seperti ini:
Kami baru saja tiba di sebuah TKP. Kami - aku dan Gil Grissom - berpakaian hitam dengan vest berwarna senada dan bordiran surname kami di dada kanan. Kami berjongkok mengamati sebuah sedan tempat ditemukan mayat laki-laki di balik stir. (Sebenarnya adegan ini lamur-lamur menyambar ingatanku tentang mimpi semalam. Aku, Gil Grissom berjongkok, mobil sedan, pekarangan depan rumah megah mirip istana, suasana hitam gelap. Sedikit cahaya). Mungkin sesekali kujepret beberapa bukti untuk diamati di lab nanti. Tentu saja kujepret memakai jasa si Gaban, kameraku. Canon, bukan Nikon yang biasa dipakai para ahli forensik di film-film itu. Ah, ada penyimpangan sponsor utama di sana. Lantas Gil membenarkan posisi kacamata dan mendulitkan cotton bud pada setitik noda di jok belakang. Lalu diteteskannya luminol ke cotton bud untuk mengetahui apakah noda tadi darah atau bukan. Warna biru keunguan. Berarti darah. Kami saling berpandangan.
Aih, seru sekali pastinya mimpi semalam. Itu baru di crime scene, belum lagi di lab, pasti banyak yang akan kami diskusikan tentang evidence yang terkumpul. Bayangkan, aku berdiskusi tentang bagaimana seseorang mati, apa penyebabnya, dan mungkin siapa pembunuhnya, dengan Gil Grissom! Dewa pemecah kasus kejahatan! The one and only Gil Grissom - the Bug Man. Lemas dengkul ini membayangkan.
Tapi sudahlah. Mimpi hebat semalam memang nampaknya tak bisa direcall si memori otak yang sedang jual mahal ini. Biar nanti malam kuminta Tuhan untuk merewind (atau mungkin mengirimkan episode baru lagi) tentang mimpi bersama Gil Grissom. Aku tak hafal jadwal tv, tapi mudah-mudahan ada CSI nanti malam, seperti semalam sebelum akhirnya aku ketiduran. Ditonton Gil Grissom.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment